Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

PEMBELAJARAN BERBASIS BUDAYA

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "PEMBELAJARAN BERBASIS BUDAYA"— Transcript presentasi:

1 PEMBELAJARAN BERBASIS BUDAYA
Unit 7

2 Pendahuluan Pembelajaran Berbasis Budaya adalah salah satu bentuk perwujudan dari tahap-tahap pengembangan Pendidikan Multikultural. Pendidikan Multikultural bukan merupakan tujuan akhir, tetapi masih berproses, berlangsung terus menerus, dan perlu diusahakan agar semakin meningkat.

3 Pada Unit ini Anda diharapkan dapat:
1) Menjelaskan perencanaan pembelajaran berbasis budaya, dan 2) Menerapkan pembelajaran berbasis budaya dalam berbagai bentuk pembelajaran di Sekolah Dasar.

4 Perencanaan Pembelajaran Berbasis Budaya
Budaya lokal (etnis) dapat digunakan dalam Pembelajaran Berbasis Budaya agar memudahkan siswa untuk memberi pemaknaan dan mencapai hasil belajar yang maksimal. Model integrasi budaya dalam pembelajaran dapat memperkaya budaya lokal (etnis), untuk mengukuhkan budaya nasional yang merupakan puncak-puncak budaya lokal dan budaya etnis (Dikti, 2004: 4).

5 Dalam Pembelajaran Berbasis Budaya, “budaya diintegrasikan sebagai alat untuk memotivasi peserta didik dalam mengaplikasikan pengetahuan, bekerja secara kooperatif, dan mengetahui keterkaitan antara berbagai mata pelajaran.”

6 Petunjuk untuk mengajarkan materi Pendidikan Multikultural:
Anda, guru, dengan pengetahuan, sikap, dan ketrampilanya adalah variabel yang amat penting dalam mengajarkan materi etnis. Misalnya: pelajaran tentang isu rasisme memberikan wawasan sebaliknya tentang bagaimana seharusnya bersikap positif terhadap kelompok etnis tertentu.

7 b.Pengetahuan tentang kelompok etnis diperlukan untuk mengajarkan materi etnis secara efektif (baca paling sedikit satu buku utama yang mensurvei sejarah dan budaya kelompok etnis).

8 c. Sensitiflah dengan sikap, perilaku rasial Anda sendiri dan pernyataan yang Anda buat sekitar kelompok etnis di kelas, mis. “duduk bersimpuh seperti orang Jawa” sebagai stereotip orang Jawa. d. Yakinkan bahwa kelas Anda membawa citra positif tentang berbagai kelompok etnis dengan menayangkan majalah dinding, poster, dsb. yang memperlihatkan perbedaan rasial dan etnis dalam masyarakat.

9 e. Bersikap sensitif terhadap sikap rasial dan etnis dari siswa Anda dan jangan menerima keyakinan bahwa “anak-anak tidak melihat ras, kelompok kaya/miskin, warna kulit.” Jangan mencoba mengabaikan perbedaan ras dan etnis yang Anda lihat; cobalah merespon perbedaan ini secara positif dan sensitif. f. Bersikap bijaksana dalam pilihan Anda dan dalam menggunakan materi pelajaran.  Sebagian materi mengandung stereotipe yang halus maupun mencolok terhadap kelompok etnis tertentu.

10 g. Gunakan buku, film, videotipe, dan rekaman yang dijual di pasaran atau sumber dari internet untuk pelengkap buku teks dari kelompok etnis yang menyajikan perspektif kelompok etnis pada siswa Anda. h. Berikan sentuhan warisan budaya dan etnis Anda sendiri untuk menciptakan iklim berbagi di kelas, membantu memotivasi siswa mendalami akar budaya etnis dan untuk menghasilkan pembelajaran yang kuat bagi siswa Anda.

11 i. Sensitiflah dengan kemungkinan sifat kontroversial dari sebagian materi studi etnis.
Anda dapat menggunakan buku yang kurang kontroversial untuk mencapai tujuan yang sama. j. Sensitiflah dengan tahap perkembangan dari siswa Anda jika Anda memilih konsep, materi, dan aktivitas yang berkaitan dengan kelompok etnis.  Materi SD seharusnya spesifik dan kongkrit.

12 k. Beberapa siswa kulit berwarna mencapai tujuan karier dan akademik yang tinggi.
Mereka membutuhkan guru yang meyakini bahwa mereka dapat berhasil dan mau membantu dalam keberhasilan mereka. l. Ingatlah bahwa orang tua dari siswa berkulit berwarna amat berminat dalam pendidikan dan ingin anak-anak mereka berhasil secara akademik sekalipun orang tua mereka terpinggirkan dari sekolah.

13 m. Gunakan teknik belajar yang kooperatif dan kerja kelompok untuk meningkatkan integrasi ras dan etnis di sekolah dan di kelas.  Jika kelompok belajar itu terintegrasi secara rasial, siswa mengembangkan lebih banyak teman dari kelompok rasial yang lain, dan hubungan rasial di sekolah menjadi lebih baik.

14 n. Yakinkan bahwa semua kegiatan di sekolah atau kelas terintegrasi secara rasial. Juga yakinkan bahwa berbagai kelompok etnis dan rasial memiliki status yang sama dalam penampilan dan presentasi sekolah.

15 Prinsip-prinsip dalam menyeleksi materi pokok bahasan
Gordon dan Robert mengajukan sejumlah prinsip yang menjadi dasar dalam menyeleksi materi pokok: 1. mencantumkan hal-hal kultural. 2. merepresentasikan keberagaman dan kesatuan di dalam dan lintas kelompok. 3. Sesuai dengan konteks waktu dan tempat.

16 4. Perspektif multi budaya dimasukkan ke dalam keseluruhan kurikulum.
5. Pokok bahasan tersusun berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang telah dimiliki siswa untuk dibawa ke kelas. 6. Pedagogi berkaitan belajar mengajar interaktif.

17 Penerapan Pembelajaran Berbasis Budaya
Pembelajaran Berbasis Budaya dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu belajar tentang budaya, belajar dengan budaya, belajar melalui budaya, dan belajar berbudaya. Belajar tentang budaya menempatkan budaya sebagai bidang ilmu, dipelajari dalam program studi khusus, dan tidak terintegrasi dengan bidang ilmu lain.

18 Belajar dengan budaya terjadi pada saat budaya diperkenalkan kepada siswa sebagai cara atau metode atau media untuk mempelajari pokok bahasan tertentu, meliputi pemanfaatan beragam bentuk perwujudan budaya. Misalnya, pengajar menggunakan sempoa untuk mengajar penambahan dan pengurangan dalam matematika, atau menggunakan media boneka Pak Raden dan Unyil.

19 Contoh Pemanfaatan Budaya dalam Pembelajaran Kelas IV SD tentang Bunyi dengan Media Gamelan dan Angklung Proses: Dengan memainkan gamelan dan angklung, siswa mengamati penyebab timbulnya, macam-macam bunyi berdasarkan sumbernya dan manfaat bunyi dalam kehidupan sehari-hari. Kelas V tentang Gaya dengan Media: Busur panah dan Ketapel Proses: siswa membuat busur panah dengan berbagai lengkungan, kemudian mengamati gaya yang terdapat pada busur panah. Demikian juga terhadap ketapel dan karet gelang.

20 Belajar melalui budaya merupakan strategi yang memberikan kesempatan siswa untuk mencapai pemahaman atau makna konseptual yang diciptakannya dalam suatu mata pelajaran melalui ragam perwujudan budaya. Misalnya, siswa membuat poster, membuat karangan, lukisan, benda/alat budaya, lagu atau puisi yang melukiskan tentang lingkungan hidup (kekeringan, banjir, hutan yang gundul, gunung yang asri, dsb.)

21 Belajar berbudaya merupakan bentuk mengejawantahan budaya itu dalam perilaku nyata sehari-hari siswa. Misalnya, anak dibudayakan untuk selalu menggunakan bahasa Krama Inggil pada hari Sabtu melalui Program Sabtu Budaya.

22 Bentuk dan Nilai-nilai yang dikembangkan dalam Pembelajaran Berbasis Budaya
Wujud budaya itu dapat berupa: ideal (adat/tata kelakuan) yang abstrak dan terdapat di alam pikiran masyarakat. sistem sosial, sifatnya kongkrit dan dapat diobservasi. benda fisik yang kongkrit dan dapat diraba/ dilihat.

23 Bentuk-bentuk budaya daerah itu dapat berupa:
cerita daerah (misal Malin Kundang, Rara Mendut, asal nama kota Banyuwangi), b. Tari-tarian (Tari Kancet Papatai / Tari Suku Dayak, Tari Ajojo) c. Tembang/lagu-lagu daerah (Ilir-ilir, Sluku-sluku Bathok, Sajojo),

24

25

26 d. Permainan (Benthik, Jamuran, Dakon) e
d. Permainan (Benthik, Jamuran, Dakon) e. Seni pertunjukan (Wayang, Ketoprak, Reog Ponorogo) f. Kebiasaan/tradisi setempat (selamatan, bersih desa, tradisi larung sesaji, sekaten) g. Benda-benda dan makna filosofisnya (wayang kulit, keris, mandau, perisai, benda tradisional).

27

28 h. Pakaian (setiap daerah memiliki pakaian daerah masing-masing).

29 Nilai-nilai ini memiliki kearifan budaya:
1. Nilai-nilai yang terdapat pada cerita daerah: -Kepatuhan dan penghormatan pada orang tua (Malin Kundang); Emansipasi wanita (Rara mendut); Kesetiaan seorang istri/wanita (Banyuwangi), dsb. 2. Tari: Kepahlawan, kelincahan, kegesitan, dan semangat. (Tari Kancet Pepatay suku Dayak Kenyah, Tari Cakalele, Maluku Utara). - Spiritual (Tari Kecak Bali, Tari Saman Aceh, Tari Bedhaya Ketawang)

30 3. Tembang/Lagu-lagu daerah: Religius (Ilir-ilir); Kegembiraan (Sluku sluku bathok), dsb. 4. Permainan: Kelenturan, kecermatan, kegesitan (benthik); Kebersamaan/kerjasama (jamuran) , dsb. 5. Seni Pertunjukan: Tuntunan (ketoprak dan wayang kulit, wayang orag) 6. Kebiasaan/tradisi: Religius (sekaten); keselarasan, keserasian dan keseimbangan (bersih deso, larung sesaji).

31

32 7. Benda-benda dan makna filsofisnya: Kepahlawanan dan kekuatan (mandau, perisai dan baju perang, alat musik Sampe dari Suku Dayak); Kehormatan, keberanian dan ketuhanan (Rencong Aceh); Kebersamaan, kerukunan dan harmoni (rumah Gadang); Kehormatan, kedewasaan, keperkasaan dan nilai spiritual (Keris).

33 8. Pakaian: Pakaian adalah kulit sosial dari kebudayaan kita
8. Pakaian: Pakaian adalah kulit sosial dari kebudayaan kita. Identitas, status, hierarkhi, gender dan ekspresi cara hidup (pakaian adat semua daerah); Ekspresi cara hidup tertentu (koteka); Hubungan kekuasaan (pakaian pengantin /pakaian raja); Perbedaan dalam pandangan sosial, politik dan religius (peci, ikat kepala, blangkon, sarung).

34 SELESAI

35 TUGAS AKHIR SEMESTER Menyusun RPP (kelompok 3 orang ) untuk kelas V SD: pembelajaran tentang salah satu budaya daerah di Indonesia dengan strategi “Pendidikan Multikultural melalui Budaya”. Kumpulkan pada hari TAS. Tes Akhir Semester 1 April 2015. Good luck!


Download ppt "PEMBELAJARAN BERBASIS BUDAYA"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google